Virus
itu adalah cerminan dari diri kita.
Kita adalah apa yang dikatakan
epidemi tentang diri kita,
dan bagaimana kita memutuskan untuk
menghadapinya.
Patrick Boucheron, sejarawan dan profesor di
College de France, menawarkan perspektif yang sangat menarik tentang
sejarah pandemi.
Pandangan Boucheron tentang Decameron,
karya Boccaccio yang ditulis pada 1350 dan tentang aristokrat muda
Florentine yang melarikan diri ke pedesaan Tuscan untuk bercerita,
berfokus pada karakter wabah sebagai “awal yang mengerikan” yang
meruntuhkan hubungan sosial dan memprovokasi kepanikan.
Kemudian
ia membandingkan dengan tulisan Thucydides tentang wabah Athena pada
musim panas 430 SM. Menurutnya, sastra Barat bisa dibilang dimulai
dengan wabah, yang dijelaskan dalam Buku 1 Iliad oleh Homer.
Deskripsi
Thucydides tentang Great Plague (demam tifoid) juga menjadi awal dari
sastra. Saat ini, deskripsi itu lebih relevan daripada kontroversi
“perangkap Thucydides”, karena perbandingan konteks di Athena kuno
dengan perang hibrida AS-China saat ini.
Baik
Socrates dan Thucydides, kebetulan, selamat dari wabah. Mereka tangguh,
dan memperoleh kekebalan dari paparan tifoid sebelumnya. Pericles,
warga negara terkemuka Athena, tidak seberuntung itu: dia meninggal pada
usia 66 tahun karena wabah.
Kota dalam ketakutan
Boucheron menulis buku Conjurer la Peur
yang menceritakan kisah kota Siena beberapa tahun sebelum Black Death,
pada 1338. Dalam bukunya, Boucheron menulis tentang ketakutan politik
sebelum ketakutan itu tersaingi oleh ketakutan biologis. Relevan dengan
yang terjadi saat ini.
Dalam alegori pemerintahan buruk
Lorenzetti, pengadilan yang buruk dipimpin oleh iblis yang memegang
piala beracun. Dalam konteks saat ini, racun itu virus corona. Di atas
kepalanya, ada Avarice (Keserakahan), Pride (Keangkuhan), dan Vainglory (Kesombongan). Ini cocok dengan “pemimpin” politik kontemporer. War (Perang), Treason (Pengkhianatan), dan Fury (Kemarahan) duduk di sebelah kirinya. Ini mungkin bisa dibandingkan dengan Deep State atau Negara Rahasia AS. Discord (Perselisihan), Fraud (Penipuan), dan Cruelty (Kekejaman) di sebelah kanannya. Ini mungkin seperti finansialisasi kapitalis kasino. Sementara Justice (Keadilan) terikat, dan neracanya jatuh. Seperti alegori “komunitas internasional.”
Boucheron
memberikan perhatian khusus pada kota seperti yang digambarkan oleh
Lorenzetti. Itulah kota yang sedang berperang, berbeda dengan kota yang
harmonis dalam alegori pemerintahan yang baik. Poin krusialnya adalah
ini adalah kota berpenduduk padat, seperti halnya kota-kota yang
dikarantina sekarang.
Hanya orang-orang yang bersenjata yang
berlalu-lalang dan, seperti yang dikatakan Boucheron: “Kami menduga di
balik tembok, orang-orang sekarat.” Jadi penggambaran ini mirip seperti
yang terjadi saat ini: jalanan sepi, beberapa orang tua meninggal dalam
kesunyian rumah mereka.
Boucheron kemudian membuat hubungan yang mengejutkan dengan pembuka Leviathan karya Hobbes, yang diterbitkan pada 1651. Dilansir dari Asia Times,
kesimpulan Boucheron adalah negara selalu mampu mendapatkan kepatuhan
yang sama sekali belum pernah didapat sebelumnya dari penduduk.
“Yang
rumit adalah bahkan jika apa yang kita katakan tentang pengawasan itu
menakutkan dan benar, negara memperoleh ketaatan ini atas nama fungsinya
yang paling tak terbantahkan, yaitu melindungi penduduk dari kematian.
Itulah yang banyak peneliti definisikan sebagai ‘biolegitimasi’.”
Dalam tulisannya di Asia Times, Pepe Escobar menilai, saat ini, biolegitimasi itu didorong oleh kepatuhan sukarela yang meluas.
Tahanan rumah
COVID-19
memberi kita paradoks biopolitik yang sangat besar, menurut Pepe
Escobar. Ketika kekuatan pemimpin melindungi kita dari penyakit
berbahaya, mereka mencetak definisi komunitas mereka yang berbasis
kekebalan.
Pada saat yang sama, mereka memiliki kekuatan untuk
memutuskan pengorbanan sebagian dari komunitas (orang tua dan korban
krisis ekonomi dibiarkan mati) untuk kepentingan gagasan kedaulatan
mereka sendiri.
Menurut Pepe Escobar, jika Foucault masih hidup
dia mungkin akan mengatakan epidemi ini telah meradikalisasi teknik
biopolitik yang diterapkan pada wilayah nasional, dan menuliskannya
dalam anatomi politik yang diterapkan pada individu masing-masing.
Tidak relevan apakah Sars-Covid-2 itu organik, bioweapon,
atau, menurut teori konspirasi CIA, bagian dari rencana dominasi dunia.
Apa yang terjadi dalam kehidupan nyata adalah virus itu telah
mereproduksi, mematerialisasi, memperluas, dan mengintensifkan bentuk
dominan dari manajemen biopolitik dan nekropolitik yang sudah ada.
Virus
itu adalah cerminan dari kita. Kita adalah apa yang dikatakan epidemi
tentang diri kita, dan bagaimana kita memutuskan untuk menghadapinya. Di
bawah turbulensi yang sedemikian ekstrem, seperti yang dicatat oleh
filsuf Paul Preciado, kita akhirnya mencapai perbatasan nekropolitik
baru, terutama di Barat.
0 comments:
Post a Comment