Digital Online Class - Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan
pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut
mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu
cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap
valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut.
Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika.
Logika dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian
untuk berpikir secara valid. Dalam penalaran ilmiah, dikenal dua jenis cara
penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif
berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata
yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah
kesimpulan yang bersifat umum.
Sedangkan logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang
diperoleh dari kasus yang sifatnya umum menjadi sebuah kesmpulan yang ruang
lingkupnya lebih bersifat individual atau khusus.
A.Penalaran
Induktif
Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang
khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :
a) Generalisasi :
Proses penalaran yang
mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk
mendapatkan simpulan yang bersifat umum
Contoh generalisasi :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai
|
Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.
|
b) Analogi :
Cara penarikan penalaran dengan
membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina
adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina
dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali
adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu,
Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
|
c) Hubungan kausal :
Penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan.
Macam hubungan kausal :
1) Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan
timbulnya banjir.
2) Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian
kali ini disebabkan
dia tidak belajar dengan baik.
3) Akibat –
Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan
rumah becek, sehingga
ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan
yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang
diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.
Misalkan
kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan ,
sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari
kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan
makan untuk mempertahankan hidupnya.
|
Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena
mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat
umum ini bersifat ekonomis, maksudnya melalui reduksi*) terhadap berbagai corak
dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam ini dapat
dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang
dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari berbagai fakta melainkan
esensi dan juga fakta-fakta tersebut.
B. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya
dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari
pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan
pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah
pernyataan dan sebuah kesimpulan.
Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai
premis yang kemudian dibedakan menjadi
1)
premsi mayor dan
2 )
premis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran
deduktif berdasarkan kedua premis tersbut. Penarikan kesimpulan secara deduktif
dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan tidak langsung
ditarik dari dua premis. Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Dari contoh sebelumnya misalkan kita menyusun silogisme
sebagai berikut:
Semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka
hidupnya (Premis mayor)
Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya
(Kesimpulan)
|
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk
mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan
ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan
kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang
mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga
adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun kedua kedua
premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarkkan kesimpulan
tergantung dari tiga hal yaitu:
1)
kebenaran premis mayor,
2)
kebenaran premis minor, dan
3)
keabsahan penarikan kesimpulan.
Apabila salah satu dari ketiga unsur
itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya
akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga
proposisi.
1.
Premis umum : Premis Mayor (My)
2.
Premis khusus remis Minor (Mn)
3.
Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan
disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1.
Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu :
term mayor, term minor, term penengah.
2.
Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu
premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.
3.
Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan
simpulan.
4.
Bila salah satu premisnya negatif, simpulan
pasti negatif.
5.
Dari premis yang positif, akan dihasilkan
simpulan yang positif.
6.
Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik
satu simpulan.
7.
Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat
khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik
satu simpulan.
Contoh :
My : Semua
mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn : Badu adalah
mahasiswa
K : Badu
lulusan SLTA
My : Tidak ada
manusia yang kekal
Mn : Socrates
adalah manusia
K : Socrates
tidak kekal
My : Semua
mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn : Amir tidak
memiliki ijazah SLTA
K : Amir bukan
mahasiswa
Dua cara untuk menarik kesimpulan dari suatu teks atau
wacana yakni melalui penalaran deduksi dan penalaran induksi.
a.
Penalaran
deduksi dilakukan terhadap data (pernyataan) umum untuk kemudian ditarik
kesimpulan yang khusus. Penalaran deduksi terbagi atas dua bagian yaitu
silogisme dan entimen.
b.
Silogisme
adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme memerlukan dua
premis sebagai data. Premis pertama disebut premis umum, premis yang kedua
disebut premis khusus. Dari kedua premis tersebut, kesimpulan itu dirumuskan.
Penalaran deduksi yang kedua yaitu entimen.
a) Entimen adalah penalaran
deduksi secara langsung.
Contoh:
Silogisme
PU : Binatang mamalia melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK : Ikan paus binatang binatang mamalia.
K : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
Entimen
Ikan paus melahirkan anak dan tidak
bertelur karena termasuk binatang mamalia.
c.
Penalaran
induksi dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus, untuk kemudian
dirumuskan sebuah kesimpulan, yang mencakup semua peristiwa-peristiwa khusus
itu. Yang termasuk ke dalam penalaran induksi yaitu generalisasi, analogi, dan
hubungan kausal.
1)
Generalisasi
adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai
ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai.
|
Tiga cara pengujian untuk
menentukan generalisasi:
a.
Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat
menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis
untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai probabilitas ).
b.
Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki
cukup representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c.
Apabila ada kekecualian, apakah juga di
perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?
2)
Analogi
adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara
ini
didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan
pula dalam bidang lain.
didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan
pula dalam bidang lain.
Contoh:
Esti seorang alumni SMKN 1 Pontianak dapat diterima kerja di perusahaan Otomotif.
Oleh sebab itu, Rani yang juga lulusan SMKN 1 Pontianak pasti dapat pula diterima
kerja di perusahaan Otomotif.
|
3)
Hubungan
kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang
memiliki pola
hubungan sebab-akibat.
hubungan sebab-akibat.
Kemarin
Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke
apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.
|
0 comments:
Post a Comment