Pages

Labels

8/7/12

Penalaran Deduktif Dan Induktif

Digital Online Class - Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan melalui penalaran tersebut mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan dengan suatu cara dan prosedur tertentu. Penarikan kesimpulan dari proses berpikir dianggap valid bila proses berpikir tersebut dilakukan menurut cara tertentu tersebut. Cara penarikan kesimpulan seperti ini disebut sebagai logika.

Logika dapat didiefinisikan secara luas sebagai pengkajian untuk berpikir secara valid. Dalam penalaran ilmiah, dikenal dua jenis cara penarikan kesimpulan yaitu logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif berkaitan erat dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata yang sifatnya khusus dan telah diakui kebenarannya secara ilmiah menjadi sebuah kesimpulan yang bersifat umum.

Sedangkan logika deduktif adalah penarikan kesimpulan yang diperoleh dari kasus yang sifatnya umum menjadi sebuah kesmpulan yang ruang lingkupnya lebih bersifat individual atau khusus.

A.Penalaran Induktif
Penalaran yang bertolak dari penyataan-pernyataan yang khusus dan menghasilkan simpulan yang umum.
Bentuk-bentuk Penalaran Induktif :
a)    Generalisasi :
Proses penalaran yang mengandalkan beberapa pernyataan yang mempunyai sifat tertentu untuk mendapatkan simpulan yang bersifat umum
 Contoh generalisasi :
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jika dipanaskan, platina memuai
Jadi, jika dipanaskan, logam memuai

Jika ada udara, manusia akan hidup.
Jika ada udara, hewan akan hidup.
Jika ada udara, tumbuhan akan hidup.
Jadi, jika ada udara mahkluk hidup akan hidup.

b)   Analogi :
Cara penarikan penalaran dengan membandingkan dua hal yang mempunyai sifat yang sama.
Contoh analogi :
Nina adalah lulusan Akademi Amanah.
Nina dapat menjalankan tugasnya dengan baik.
Ali adalah lulusan Akademi Amanah.
Oleh Sebab itu, Ali dapat menjalankan tugasnya dengan baik.




c)    Hubungan kausal :
Penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan.

Macam hubungan kausal :
            1)    Sebab- akibat.
Hujan turun di daerah itu mengakibatkan timbulnya banjir.
            2)    Akibat – Sebab.
Andika tidak lulus dalam ujian kali ini disebabkan dia tidak belajar dengan baik.
            3)    Akibat – Akibat.
Ibu mendapatkan jalanan di depan rumah becek, sehingga ibu beranggapan jemuran di rumah basah.
 Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataaann-pernyataan yang ruang lingkupnya khas dan terbatas dalam menysusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum.

Misalkan kita mempunyai fakta bahwa katak makan untuk mempertahankan hidupnya, ikan , sapi, dan kambing juga makan untuk mempertahankan hidupnya, maka dari kenyataan ini dapat disimpulkan bahwa semua hewan makan untuk mempertahankan hidupnya.

Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai dua keuntungan. Keuntungan yang pertama adalah pernyataan yang bersifat umum ini bersifat ekonomis, maksudnya melalui reduksi*) terhadap berbagai corak dan sekumpulan fakta yang ada dalam kehidupan yang beraneka ragam ini dapat dipersingkat dan diungkapkan menjadi beberapa pernyataan. Pengetahuan yang dikumpulkan manusia bukanlah sekedar koleksi dari berbagai fakta melainkan esensi dan juga fakta-fakta tersebut.

B. Penalaran Deduktif
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif.
Deduksi adalah cara berpikir di mana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Penarikkan kesimpulan secara deduktif biasanya mempergunakan pola berpikir yang dinamakan silogisme. Silogisme disusun dari dua buah pernyataan dan sebuah kesimpulan.
      Pernyataan yang mendukung silogisme ini disebut sebagai premis yang kemudian dibedakan menjadi 
      1)    premsi mayor dan
      2 )    premis minor.
Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersbut. Penarikan kesimpulan secara deduktif dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Penarikan tidak langsung ditarik dari dua premis. Penarikan secara langsung ditarik dari satu premis.
Dari contoh sebelumnya misalkan kita menyusun silogisme sebagai berikut:
Semua mahluk hidup perlu makan untuk mempertahanka hidupnya (Premis mayor)
Joko adalah seorang mahluk hidup (Premis minor)
Jadi, Joko perlu makan untuk mempertahakan hidupnya (Kesimpulan)
Kesimpulan yang diambil bahwa Joko juga perlu makan untuk mempertahankan hidupnya adalah sah menurut penalaran deduktif, sebab kesimpulan ini ditarik secara logis dari dua premis yang mendukungnya.
Pertanyaan apakah kesimpulan ini benar harus dikembalikan kepada kebenaran premis-premis yang mendahuluinya. Apabila kedua premis yang mendukungnya benar maka dapat dipastikan bahwa kesimpulan yang ditariknya juga adalah benar. Mungkin saja kesimpulannya itu salah, meskipun kedua kedua premisnya benar, sekiranya cara penarikkan kesimpulannya tidak sah.
Dengan demikian maka ketepatan penarkkan kesimpulan tergantung dari tiga hal yaitu:
1)    kebenaran premis mayor,
2)    kebenaran premis minor, dan
3)    keabsahan penarikan kesimpulan.
Apabila salah satu dari ketiga unsur itu persyaratannya tidak terpenuhi dapat dipastikan kesimpulan yang ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
Silogisme Kategorial : Silogisme yang terjadi dari tiga proposisi.
1.    Premis umum : Premis Mayor (My)
2.    Premis khusus remis Minor (Mn)
3.    Premis simpulan : Premis Kesimpulan (K)
Dalam simpulan terdapat subjek dan predikat. Subjek simpulan disebut term mayor, dan predikat simpulan disebut term minor.
Aturan umum dalam silogisme kategorial sebagai berikut:
1.    Silogisme harus terdiri atas tiga term yaitu : term mayor, term minor, term penengah.

2.    Silogisme terdiri atas tiga proposisi yaitu premis mayor, premis minor, dan kesimpulan.

3.    Dua premis yang negatif tidak dapat menghasilkan simpulan.

4.    Bila salah satu premisnya negatif, simpulan pasti negatif.

5.    Dari premis yang positif, akan dihasilkan simpulan yang positif.

6.    Dari dua premis yang khusus tidak dapat ditarik satu simpulan.

7.    Bila premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Dari premis mayor khusus dan premis minor negatif tidak dapat ditarik satu simpulan.

Contoh :

My       : Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA
Mn      : Badu adalah mahasiswa
K         : Badu lulusan SLTA

My       : Tidak ada manusia yang kekal
Mn      : Socrates adalah manusia
K         : Socrates tidak kekal

My       : Semua mahasiswa memiliki ijazah SLTA.
Mn      : Amir tidak memiliki ijazah SLTA
K         : Amir bukan mahasiswa

Dua cara untuk menarik kesimpulan dari suatu teks atau wacana yakni melalui penalaran deduksi dan penalaran induksi.
a.    Penalaran deduksi dilakukan terhadap data (pernyataan) umum untuk kemudian ditarik kesimpulan yang khusus. Penalaran deduksi terbagi atas dua bagian yaitu silogisme dan entimen.

b.    Silogisme adalah penalaran deduksi secara tidak langsung. Silogisme memerlukan dua premis sebagai data. Premis pertama disebut premis umum, premis yang kedua disebut premis khusus. Dari kedua premis tersebut, kesimpulan itu dirumuskan. Penalaran deduksi yang kedua yaitu entimen.
a)  Entimen adalah penalaran deduksi secara langsung.
            Contoh:
Silogisme
PU       : Binatang mamalia melahirkan anak dan tidak bertelur.
PK       : Ikan paus binatang binatang mamalia.
K          : Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur.
Entimen
Ikan paus melahirkan anak dan tidak bertelur karena termasuk binatang mamalia.

c.    Penalaran induksi dilakukan terhadap peristiwa-peristiwa khusus, untuk kemudian dirumuskan sebuah kesimpulan, yang mencakup semua peristiwa-peristiwa khusus itu. Yang termasuk ke dalam penalaran induksi yaitu generalisasi, analogi, dan hubungan kausal.

            1)    Generalisasi adalah proses penalaran yang menggunakan beberapa pernyataan yang mempunyai    
                  ciri-ciri tertentu untuk mendapatkan kesimpulan yang bersifat umum.
            Contoh:
Jika dipanaskan, besi memuai.
Jika dipanaskan, tembaga memuai.
Jika dipanaskan, emas memuai.
Jadi, jika dipanaskan, semua logam akan memuai.

Tiga cara pengujian untuk menentukan generalisasi:
a.    Menambah jumlah kasus yang di uji, juga dapat menambah probabilitas sehatnya generalisasi. Maka harus seksama dan kritis untuk menentukan apakah generalisasi ( mencapai probabilitas ).
b.    Hendaknya melihat adakah sample yang di selidiki cukup representatif mewakili kelompok yang di periksa.
c.    Apabila ada kekecualian, apakah juga di perhitungkan dan di perhatikan dalam membuat dan melancarkan generalisasi?

          2)    Analogi adalah cara bernalar dengan membandingkan dua hal yang memiliki sifat sama. Cara ini
         didsarkan asumsi bahwa jika sudah ada persamaan dalam berbagai segi, maka akan ada persamaan
         pula dalam bidang lain.
         Contoh:
Esti seorang alumni SMKN 1 Pontianak dapat diterima kerja di perusahaan Otomotif. Oleh sebab itu, Rani yang juga lulusan SMKN 1 Pontianak pasti dapat pula diterima kerja di perusahaan Otomotif.




        3)    Hubungan kausal adalah cara penalaran yang diperoleh dari peristiwa-peristiwa yang memiliki pola
       hubungan sebab-akibat.

Kemarin Badu tidak masuk kantor. Hari ini pun tidak. Pagi tadi istrinya pergi ke apotek membeli obat. Karena itu, pasti Badu sedang sakit.


0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Guest Comment