Digital Online Class - Iklan tentulah bagus untuk menekan harga serta memulai dan memperbesar usaha. Masalah muncul ketika bahasa iklan tidak lagi sekadar memperkenalkan atau memuji-muji barang dan jasa pengiklan. Ada beragam strategi yang banyak dipakai untuk menyesatkan pelanggan sehingga membeli barang atau jasa yang tidak sesuai dengan harapannya.
Obral dengan ungkapan up to atau sampai adalah salah satu yang paling umum dijumpai. Diskon up to 70% biasanya berarti bahwa dari 10.000 barang yang ditawarkan, ada 10 yang harganya dipotong 70 persen, 9.990 lagi dipotong kurang dari itu atau tidak sama sekali. Dalam banyak kasus, harga asli pun sudah lebih dahulu dinaikkan sebelum rabat. Ada lagi diskon 50%+20%. Pelanggan yang mengerti aturan penulisan dalam matematika maupun fisika untuk penjumlahan akan mengira ini 70%. Namun, yang dimaksud rupanya adalah 60%, yakni 50% ditambah dengan 20% dari 50%.
Begitu pula sambungan internet up to 1 Mbps—satu juta bit per detik—berarti kadang-kadang kecepatan unduh pelanggan akan mencapai angka itu, tetapi biasanya hanya separuhnya atau bahkan kurang. Apabila pelanggan mengeluhkannya, penyedia ISP selalu beralasan bahwa penyebab kelambatan itu ada di luar kekuasaannya atau kemungkinan besar masalahnya ada pada komputer atau kabel di dalam rumah pelanggan sendiri!
Pembuat perangkat komputer juga sering mencampuradukkan standar dunia komputer (biner atau basis-2) dengan standar metrik (desimal atau basis-10) yang berbeda. Misalnya, kalau Anda membeli cakram keras yang diiklankan sebesar 1 gigabyte (GB), yang Anda dapat biasanya bukan yang seharusnya 1.073.741.824 bytes (B), melainkan 1.000.000.000 B saja. Itulah sebabnya komputer Anda akan menunjukkan, kapasitas cakram keras itu hanya 0,93 GB, kurang 7 persen dari yang diiklankan!
Ada pula biaya tersembunyi atau tersamar. Banyak harga makanan restoran misalnya diiklankan tanpa biaya pajak dan tip wajib, service charge. Operator telepon genggam pandai beriklan tentang harga murah pulsanya, tetapi boleh dikata tidak ada yang menyatakan bahwa harga terendah biaya pemakaian telepon dibatasi oleh masa berlaku pulsa aktif. Apabila harga pulsa senilai Rp 10.000 berlaku selama dua minggu, paling tidak Anda tetap harus mengeluarkan uang sebesar itu setiap dua minggu, sekalipun operator menetapkan biaya panggil dan SMS Rp0!
Barang kemasan pun bisa dipakai untuk menipu. Isi semut kotak gajah. Belum lagi tawaran menggiurkan dengan ”syarat dan ketentuan berlaku” dan jangan lupa, hadiah menawan ”selama persediaan masih ada”.
Dalam banyak kasus, iklan menyesatkan tidak bisa dibuktikan. Namun, iklan berdampak menyesatkan karena memanfaatkan psikologi atau budaya pelanggan itu sehingga ia mengambil kesimpulan yang keliru, tetapi sesuai dengan kehendak pengiklan. Di sinilah peran perlindungan dari lembaga konsumen, DPR, dan pemerintah sangat diperlukan. Yang ini tak perlu studi banding sebab studi banding menyesatkan juga: ”jalan-jalan ke luar negeri dengan uang negara”.
Obral dengan ungkapan up to atau sampai adalah salah satu yang paling umum dijumpai. Diskon up to 70% biasanya berarti bahwa dari 10.000 barang yang ditawarkan, ada 10 yang harganya dipotong 70 persen, 9.990 lagi dipotong kurang dari itu atau tidak sama sekali. Dalam banyak kasus, harga asli pun sudah lebih dahulu dinaikkan sebelum rabat. Ada lagi diskon 50%+20%. Pelanggan yang mengerti aturan penulisan dalam matematika maupun fisika untuk penjumlahan akan mengira ini 70%. Namun, yang dimaksud rupanya adalah 60%, yakni 50% ditambah dengan 20% dari 50%.
Begitu pula sambungan internet up to 1 Mbps—satu juta bit per detik—berarti kadang-kadang kecepatan unduh pelanggan akan mencapai angka itu, tetapi biasanya hanya separuhnya atau bahkan kurang. Apabila pelanggan mengeluhkannya, penyedia ISP selalu beralasan bahwa penyebab kelambatan itu ada di luar kekuasaannya atau kemungkinan besar masalahnya ada pada komputer atau kabel di dalam rumah pelanggan sendiri!
Pembuat perangkat komputer juga sering mencampuradukkan standar dunia komputer (biner atau basis-2) dengan standar metrik (desimal atau basis-10) yang berbeda. Misalnya, kalau Anda membeli cakram keras yang diiklankan sebesar 1 gigabyte (GB), yang Anda dapat biasanya bukan yang seharusnya 1.073.741.824 bytes (B), melainkan 1.000.000.000 B saja. Itulah sebabnya komputer Anda akan menunjukkan, kapasitas cakram keras itu hanya 0,93 GB, kurang 7 persen dari yang diiklankan!
Ada pula biaya tersembunyi atau tersamar. Banyak harga makanan restoran misalnya diiklankan tanpa biaya pajak dan tip wajib, service charge. Operator telepon genggam pandai beriklan tentang harga murah pulsanya, tetapi boleh dikata tidak ada yang menyatakan bahwa harga terendah biaya pemakaian telepon dibatasi oleh masa berlaku pulsa aktif. Apabila harga pulsa senilai Rp 10.000 berlaku selama dua minggu, paling tidak Anda tetap harus mengeluarkan uang sebesar itu setiap dua minggu, sekalipun operator menetapkan biaya panggil dan SMS Rp0!
Barang kemasan pun bisa dipakai untuk menipu. Isi semut kotak gajah. Belum lagi tawaran menggiurkan dengan ”syarat dan ketentuan berlaku” dan jangan lupa, hadiah menawan ”selama persediaan masih ada”.
Dalam banyak kasus, iklan menyesatkan tidak bisa dibuktikan. Namun, iklan berdampak menyesatkan karena memanfaatkan psikologi atau budaya pelanggan itu sehingga ia mengambil kesimpulan yang keliru, tetapi sesuai dengan kehendak pengiklan. Di sinilah peran perlindungan dari lembaga konsumen, DPR, dan pemerintah sangat diperlukan. Yang ini tak perlu studi banding sebab studi banding menyesatkan juga: ”jalan-jalan ke luar negeri dengan uang negara”.
0 comments:
Post a Comment