Pages

Labels

5/20/20

Virus itu adalah cerminan dari diri kita. Benarkah?

Virus itu adalah cerminan dari diri kita. 
Kita adalah apa yang dikatakan epidemi tentang diri kita, 
dan bagaimana kita memutuskan untuk menghadapinya. 

Patrick Boucheron, sejarawan dan profesor di College de France, menawarkan perspektif yang sangat menarik tentang sejarah pandemi.

Pandangan Boucheron tentang Decameron, karya Boccaccio yang ditulis pada 1350 dan tentang aristokrat muda Florentine yang melarikan diri ke pedesaan Tuscan untuk bercerita, berfokus pada karakter wabah sebagai “awal yang mengerikan” yang meruntuhkan hubungan sosial dan memprovokasi kepanikan.

Kemudian ia membandingkan dengan tulisan Thucydides tentang wabah Athena pada musim panas 430 SM. Menurutnya, sastra Barat bisa dibilang dimulai dengan wabah, yang dijelaskan dalam Buku 1 Iliad oleh Homer.

Deskripsi Thucydides tentang Great Plague (demam tifoid) juga menjadi awal dari sastra. Saat ini, deskripsi itu lebih relevan daripada kontroversi “perangkap Thucydides”, karena perbandingan konteks di Athena kuno dengan perang hibrida AS-China saat ini.
Baik Socrates dan Thucydides, kebetulan, selamat dari wabah. Mereka tangguh, dan memperoleh kekebalan dari paparan tifoid sebelumnya. Pericles, warga negara terkemuka Athena, tidak seberuntung itu: dia meninggal pada usia 66 tahun karena wabah.


Kota dalam ketakutan

Boucheron menulis buku Conjurer la Peur yang menceritakan kisah kota Siena beberapa tahun sebelum Black Death, pada 1338. Dalam bukunya, Boucheron menulis tentang ketakutan politik sebelum ketakutan itu tersaingi oleh ketakutan biologis. Relevan dengan yang terjadi saat ini.

Dalam alegori pemerintahan buruk Lorenzetti, pengadilan yang buruk dipimpin oleh iblis yang memegang piala beracun. Dalam konteks saat ini, racun itu virus corona. Di atas kepalanya, ada Avarice (Keserakahan), Pride (Keangkuhan), dan Vainglory (Kesombongan). Ini cocok dengan “pemimpin” politik kontemporer. War (Perang), Treason (Pengkhianatan), dan Fury (Kemarahan) duduk di sebelah kirinya. Ini mungkin bisa dibandingkan dengan Deep State atau Negara Rahasia AS. Discord (Perselisihan), Fraud (Penipuan), dan Cruelty (Kekejaman) di sebelah kanannya. Ini mungkin seperti finansialisasi kapitalis kasino. Sementara Justice (Keadilan) terikat, dan neracanya jatuh. Seperti alegori “komunitas internasional.”

Boucheron memberikan perhatian khusus pada kota seperti yang digambarkan oleh Lorenzetti. Itulah kota yang sedang berperang, berbeda dengan kota yang harmonis dalam alegori pemerintahan yang baik. Poin krusialnya adalah ini adalah kota berpenduduk padat, seperti halnya kota-kota yang dikarantina sekarang.

Hanya orang-orang yang bersenjata yang berlalu-lalang dan, seperti yang dikatakan Boucheron: “Kami menduga di balik tembok, orang-orang sekarat.” Jadi penggambaran ini mirip seperti yang terjadi saat ini: jalanan sepi, beberapa orang tua meninggal dalam kesunyian rumah mereka.

Boucheron kemudian membuat hubungan yang mengejutkan dengan pembuka Leviathan karya Hobbes, yang diterbitkan pada 1651. Dilansir dari Asia Times, kesimpulan Boucheron adalah negara selalu mampu mendapatkan kepatuhan yang sama sekali belum pernah didapat sebelumnya dari penduduk.

“Yang rumit adalah bahkan jika apa yang kita katakan tentang pengawasan itu menakutkan dan benar, negara memperoleh ketaatan ini atas nama fungsinya yang paling tak terbantahkan, yaitu melindungi penduduk dari kematian. Itulah yang banyak peneliti definisikan sebagai ‘biolegitimasi’.”

Dalam tulisannya di Asia Times, Pepe Escobar menilai, saat ini, biolegitimasi itu didorong oleh kepatuhan sukarela yang meluas.

Tahanan rumah

COVID-19 memberi kita paradoks biopolitik yang sangat besar, menurut Pepe Escobar. Ketika kekuatan pemimpin melindungi kita dari penyakit berbahaya, mereka mencetak definisi komunitas mereka yang berbasis kekebalan.

Pada saat yang sama, mereka memiliki kekuatan untuk memutuskan pengorbanan sebagian dari komunitas (orang tua dan korban krisis ekonomi dibiarkan mati) untuk kepentingan gagasan kedaulatan mereka sendiri.

Menurut Pepe Escobar, jika Foucault masih hidup dia mungkin akan mengatakan epidemi ini telah meradikalisasi teknik biopolitik yang diterapkan pada wilayah nasional, dan menuliskannya dalam anatomi politik yang diterapkan pada individu masing-masing.

Tidak relevan apakah Sars-Covid-2 itu organik, bioweapon, atau, menurut teori konspirasi CIA, bagian dari rencana dominasi dunia. Apa yang terjadi dalam kehidupan nyata adalah virus itu telah mereproduksi, mematerialisasi, memperluas, dan mengintensifkan bentuk dominan dari manajemen biopolitik dan nekropolitik yang sudah ada.

Virus itu adalah cerminan dari kita. Kita adalah apa yang dikatakan epidemi tentang diri kita, dan bagaimana kita memutuskan untuk menghadapinya. Di bawah turbulensi yang sedemikian ekstrem, seperti yang dicatat oleh filsuf Paul Preciado, kita akhirnya mencapai perbatasan nekropolitik baru, terutama di Barat.

0 comments:

Post a Comment

Total Pageviews

Guest Comment